KLS 6B AKIDAH AKHLAK
Hari Rabu
Tanggal 18 November 2020
Materi : Akhlak ku
C. Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur,
lurus, dan tulus. Menurut istilah adil berarti suatu sikap yang bebas dari ketidak jujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang berbuat sesuai aturan hukum baik,hukum agama, hukum positif (hukum negara) maupun hukum sosial (hukum adat) yang
berlaku. Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap tidak memihak pada siapapun kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, keluarga, saudara,persamaan suku, bangsa maupun agama. Sikap adil ini adalah bagian dari akhlakul karimah dan merupakan perintah Allah Swt kepada kita.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah
Keterpihakan kepada sesuatu yang tidak benar dilarang oleh ajaran Islam. Allah Swt. menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil.
Mengapa Islam menganggap sikap adil sangat penting? Salah satu tujuan utama
Islam adalah membentuk masyarakat yang menyelamatkan, yang membawa rahmat kepada seluruh alam semesta dengan makna:
Pertama, seorang muslim harus bersikap adil dan jujur kepada diri sendiri, kerabat dekat, kaya dan miskin. Penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya berdasarkan kepada kebenaran walaupun kepada diri
sendiri. Kedua, keadilan adalah milik seluruh umat manusia tanpa memandang suku, agama, status jabatan ataupun tingkatan sosial.
Oleh karena itu seorang muslim wajib menegakkan keadilan hukum dalam posisi apapun, baik sebagai hakim, jaksa, polisi maupun saksi. Ketiga, di bidang yang selain persoalan hukum, keadilan bermakna bahwa seorang muslim harus dapat membuat penilaian apa adanya dan kritis kepada siapapun. Mengakui adanya kebenaran, kebaikan dan hal-hal positif yang dimiliki kalangan lain yang berbeda agama, suku dan bangsa dan dengan
lapang dada membuka diri untuk belajar secara bijaksana.
Asy-Sya’rawi menukil sebuah kisah bahwa ada dua bocah yang meminta
penilaian kepada Hasan bin Ali bin Abi Thalib tentang gambar yang mereka buat. Dua bocah itu meminta Hasan memberikan penilaian, gambar siapa yang lebih indah? Imam Ali bin Abu Thalib lantas berkata kepada Hasan, putranya, “Ingatlah, wahai Hasan.
Penilaian (putusan) yang akan kau tetapkan pasti Allah Swt mintai
pertanggungjawabannya.”
Berbedanya orang tua memberikan uang saku kepada anak pertama dan ke dua serta seterusnya merupakan contoh nyata keadilan. Jika anak pertama diberi uang saku lebih banyak daripada anak yang ke dua dan seterusnya, bukan berarti orang tua tidak adil,
tapi keadilan tersebut ada pada kebutuhan yang jelas berbeda antara anak pertama dan kedua serta seterusnya.
Banyak sekali contoh adil yang terjadi di sekitar kita. Tahukah kalian dalam
hal itu? Masih ingatkah kalian ketika ada teman membuang sampah disembarang tempat, kemudian ditegur oleh bapak atau ibu guru agar diambil dan dibuang di tempat sampah?
Itu adalah bagian dari contoh adil. Karena adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Seseorang yang bersikap adil akan mendapatkan manfaat yang amat besar
dalam kehidupannya dan bisa menyelamatkan kehidupan akhiratnya.
- Mendatangkan Ridha Allah Swt.
- Memperoleh keberkahan hidup.
- Mendapatkan kebahagiaan batin.
- Disenangi banyak orang.
- Mendapatkan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
- Terwujudnya masyarakat yang tentram, aman dan damai.
D.Bijaksana
artinya selalu menggunakan akal budinya dengan berdasarkan
pengalaman dan pengetahuannya, bisa juga berarti cermat dan teliti serta berhati hati. Sikap bijaksana adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa serta persoalan yang ada sehingga memancarlah keadilan, ketawadukan dan kebeningan hati serta menyelesaikannya berdasarkan kebenaran dan tidak hanya mengikuti keinginan hawa
nafsu saja.
Umat Islam diperintahkan oleh Allah Swt. agar bersifat bijaksana. Artinya
ketika hendak melakukan sesuatu dipikirkan terlebih dahulu dengan cermat agar tidak terjerumus kepada kesalahan. Karena itu, umat Islam tidak boleh bersifat tergesa-gesa karena tergesa-gesa itu perbuatan setan. Dan setan selalu mendorong manusia untuk berbuat buruk. Sehingga setan menjadi musuh bagi manusia
Secara umum untuk menjadi seorang yang bijaksana adalah dengan cara
menjauhi akhlak buruk yang ada, namun ada beberapa cara bagaimana kita mampu menjadi orang yang bijaksana, diantaranya:
- Tidak emosional atau mudah marah
- Tidak egois yang berarti hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri
- Memiliki kasih sayang terhadap sesame
- Selalu berupaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi
Setiap kita telah diperintahkan agar supaya bersikap bijaksana dalam kehidupan
ini sebagaimana firman Allah Swt dalam al-qur’an surat An-Nahl ayat 125
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Umat Islam yang memiliki sikap bijaksana, akan memperoleh manfaat yang
banyak sekali, antara lain:
- Dapat terlaksana suatu aturan, karena orang yang bijaksana selalu berbuat sesuai
aturan, sehingga terwujud keselarasan hidup bagi masyarakat. - Dapat mewujudkan sikap disiplin.
Dapat menegakan sesuatu yang haq (benar) karena perilaku bijaksana akan menimbulkan kebaikan dan kebaikan akan menghasilkan kebenaran. - Dapat melaksanakan kewajiban, karena orang yang bijaksana selalu mengutamakan pelaksanaan kewajiban.
- Dapat mewujudkan sikap adil, karena orang yang bijaksana secara otomatis bersikap adil.
Masih ingatkah kalian peristiwa perselisihan dan pertikaian tentang siapa yang berhak meletakkan hajar aswad di ka’bah?
Dalam keadaan demikian, datanglah Rasulullah Saw. dan memberikan ide cemerlang. Nabi berkata, “Bagaimana kalau siapa yang lebih dahulu besok pagi memasuki masjid ini maka dialah yang berhak meletakan Hajar Aswad itu ketempat semula”. Para pemuka Quraisy menyepakati usulan Nabi tersebut, dan ternyata yang datang pertama kali
ke masjid adalah Nabi Muhammad Saw. Berarti Nabi Muhammad Saw. yang berhak memindahkan Hajar Aswad tersebut ke tempat semula.
Untuk menghindari terjadi permusuhan diantara mereka, Nabi Muhammad Saw. tidak mau memindahkan sendiri. Sebaliknya Nabi Muhammad Saw. mengajak kepada semua pemuka kaum Quraisy itu untuk terlibat. Sehingga Nabi membentangkan kain sorbannya yang berukuran empat persegi tersebut, kemudian diletakan Hajar Aswad di
atas serbannya dan disuruh oleh Nabi agar empat orang pemuka Quraisy masing-masing memegang sudut serban dan mengangkat secara bersama-sama ke tempat semula dan setelah Hajar Aswad berada di dekat tempatnya, barulah Nabi yang mengangkat dan meletakan Hajar Aswad ditempat semula.
Subhanallah, inilah contoh sikap bijaksana yang harus dicontoh oleh umat Islam. Karena dengan cara yang dilakukan oleh Nabi tersebut, para pemuka Quraisy merasa ikut berjasa dan tidak ada yang merasa ditinggalkan sehingga dapat terhindar dari sikap permusuhan diantara mereka.
Tugas
1. Tuliskan contoh adil yang kamu alami di rumah dan disekolah
2. Tuliskan contoh Tanggung Jawab yang kamu alami di rumah dan disekolah
3. Tuliskan contoh pemaaf yang kamu alami di rumah dan disekolah
4.Tuliskan contoh Bijaksana yang kamu alami di rumah dan disekolah